Sambak Online merupakan Jaringan Internet swadaya yang dirintis dan dikelola oleh pegiat dan relawan TIK yang ada di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Magelang. Dimulai sejak tahun 2012. Kemudian sekitar tahun 2014 mulai kerjasama dengan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Desa Sambak sampai sekarang.

Rabu, 21 Maret 2012

Jalan Rusak, Warga Harapkan Perbaikan

MAGELANG - Jalan raya Kaliabu-Kajoran yang menghubungkan dua Kecamatan diKabupaten Magelang Jawa Tengah rusak. Hal ini dikeluhkan warga pengguna jalan yang setiap hari melewati jalan tersebut. Jalan yang rusak disebabkan beberapa faktor, antara lain aspal yang tipis dan drainase yang kurang. Ditambah lagi, over muatan yang tidak sesuai dengan konstruksi jalan.

Anis Widodo (33), salah seorang pengguna jalan mengatakan, ”Sudah lama jalan rusak, namun belum ada perbaikan dari pihak terkait. Harusnya dari pihak terkait segera tanggap, Karena jalan ini adalah akses utama yang menghubungkan beberapa desa di kecamatan kajoran dan salaman.” Ujarnya.

“Terlebih jalan yang melewati dusun gondangan Desa Banjaragung terlihat paling parah, di tambah lagi jalan yang menikung dan terdapat tanjakan yang curam membuat para pengguna jalan khawatir ketika melewati daerah tersebut.” Tambah Widodo.

Wahyudi, Kepala seksi Jalan Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Magelang mengatakan, “Untuk perbaikan jalan Kaliabu-Kajoran itu masuk dalam paket perbaikan jalan Kaliabu-Kajoran dan Kajoran-Kaliangkrik. Dan pada bulan April mendatang akan dimulai proses tender, kemudian sekitar bulan Juni-Juli mulai terealisasi . Dana yang disiapkan untuk proyek perbaikan jalan ini sekitar 2,6 Milyar Rupiah berasal dari Dana Alokasi Khusus ( DAK).” Katanya, ketika di temui di kantornya.

“Dari total dana 2,6 Milyar tersebut yakni 10 % nya, sekitar 267 Juta Rupiah digunakan untuk pendampingan dan pajak. Nantinya, masyarakat juga bisa terlibat dalam proyek tersebut menjadi pekerja lapangan dengan cara mendaftar pada pemborong yang nanti akan mengerjakan.”

“Sebenarnya ada beberapa faktor penyebab kerusakan jalan, antara lain Over muatan yang tidak sesuai dengan konstruksi jalan, drainase yang tidak sesuai dan lain-lain.” Pungkasnya. (rfq)

Aku Bukanlah Dhana Widyatmika

Aku memang bukan Gayus tambunan, seorang PNS Dirjen pajak yang memiliki uang milyaran dan bisa jalan-jalan keluar negeri meski dengan status tahanan. Aku juga bukan Dhana widyatmika, PNS Dirjen Pajak lainnya yang memiliki banyak mobil mewah “limited edition” dan uang milyaran rupiah, padahal gajinya hanya sekitar 5 jutaan/bulan. Dan aku juga bukan Ruhut sitompul, pengacara yang sekarang menjadi anggota dewan dari partai pemenang pemilu yang memiliki jam tangan Rollex seharga 450 juta rupiah. Aku juga tidak memiliki Blackberry sejak tahun 2010, bahkan sampai sekarang “ Yang Mulia”. Aku juga bukan Sutan Batoeghana yang memakai sepatu merk ternama seharga 3 jutaan dan katanya itu murah. Juga bukan wakil ketua DPR dari partai atas nama Islam yang memakai jam tangan tak kalah mewahnya seharga 70 an juta rupiah.

Aku juga bukan seorang anggota Dewan yang terhormat yang mempunyai fasilitas super mewah dan semuanya itu difasilitasi oleh Negara. Dan itu sesuai amanat Undang-undang katanya. Yang jelas 1000 kali lebih kaya dari Rakyat yang diwakilinya. Bukan pula pejabat yang hobinya pencitraan dan pamer kemewahan, sementara Rakyat yang seharunya dilayani menjerit karena bahan kebutuhan hidup semakin susah dibeli. Bukan pula bawahan menteri yang bisa memanfaatkan kedekatan dengan atasan untuk minta Fee dalam bahasa halusnya, atau “Jatah Preman” dalam dalam proyek-proyek tertentu. Aku juga bukan fungsionaris partai politik yang kerjaannya melobi sana-sini untuk meng-goal-kan sejumlah proyek demi kepentingan partai dan dirinya sendiri.

Aku bukan artis, apalagi punya grup Boyband “karbitan” yang populer dengan hanya melambai-lambai saat di panggung dan selalu lipsync saat menyanyi. Dan mempunyai penggemar fanatic yang siap menjerit histeris kalo perlu sampai pingsan di setiap pementasan. Karena artis seperti mereka mempunyai slogan: “Saya tampan, maka saya ada”. Bukan pula artis yang menjadi ngetop hanya karena Joget tari India di Youtube. Aku juga bukan artis yang tiap hari disorot kamera karena sering membuat kontroversi. Bahkan sampai sandal yang dipakai pun bisa menjadi bahan berita karena presenter yang “Lebay” . Bukan pula artis yang mulai merambah kedunia politik dengan memanfaatkan ketenaran nya. Atau mungkin karena sudah tidak terlalu laku di dunia ke-artis-an, lalu banting setir menjadi wakil rakyat, wakil bupati dan walikota.

Aku juga bukan ustadz yang selalu muncul di Infotainment dan menjadi pemberitaan heboh di media massa karena sedang naik daun. Bukan pula ustadz “ganteng” yang selalu dielu-elukan ibu-ibu yang tak kalah histerisnya dengan para ABG di acara-acara musik ketika melihat idolalanya. Dan bukan pula yang sering jualan “kartu perdana” merk provider tertentu sambil berteriak dan melambai “Jaaama’aaaahhhhhhh” dan ada pula yang jualan “larutan penyegar” setiap hari.

Aku juga bukan Pengacara/Lawyer yang selalu tampil eksklusif dan sering sekali nongol di televisi karena menjadi kuasa hukum orang-orang top di negeri ini dengan kasusnya masing-masing. Dari kasus Asusila, korupsi, perceraian dan lain sebagainya yang tak kalah heboh. Dan tentu saja lantang berbicara di media maupun di persidangan memperjuangkan hak-hak kliennya. Bahkan tak jarang memanfaatkan isu-isu HAM dengan mengabaikan HAM orang lain, meskipun kliennya adalah pejabat yang sudah terbukti korup dan melanggar HAM orang lain. Mereka mempermainkan Hukum sesuai dengan kepentingannya masing-masing. Sebenarnya keadilan yang mana yang sedang di perjuangkan?

Aku juga bukan petinggi Polri atau pun TNI yang konon katanya memiliki sejumlah rekening gendut. Yang tentu saja tidak ada yang berani mengusut karena mungkin punya “senjata” otomatis yang siap meledak. Bukan pula aparat penegak hukum yang “kongkalikong” dengan pengusaha sawit untuk merebut tanah-tanah yang dimiliki rakyat. Bukan pula pengusaha Media yang memiliki grup media masa dari cetak sampai elektronik yang bisa di manfaatkan untuk kepentingan politik dan kampanye menjelang Pemilu. Aku juga bukan pemimpin atau anggota sebuah ormas atau Gangster yang mengelola jasa penagih utang, lahan sengketa, mengelola lahan parkir dan keamanan yang tentunya mempunyai anak buah hingga ribuan. Bahkan tak segan-segan menyerang, karena punya motto “Senggol bacok”. Aku juga bukan bagian dari pengusung liberalisme, yang selalu menjelek-jelekkan kitab suci dan mengkritisi isi Al-qur'an dan hadits sesuai dengan pemikirannya sendiri.

Aku juga bukan Presiden yang selalu berkata “saya turut prihatin” setiap ada kejadian yang sedang di blow up media massa. Meskipun setelah itu tidak ada tindakan kongkrit yang terlihat, padahal mempunyai hak prerogatif. Bukan pula seorang Ketua Pembina Partai yang tidak berani menindak tegas anggotanya, padahal jelas-jelas sudah dikhianati oleh para kadernya sendiri. Dan Ironisnya lagi, bintang iklan kampanye anti korupsi berslogan “Katakan tidak pada korupsi” belakangan malah terseret kasus korupsi. Lalu sang Pembina kembali berkata:” Saya tidak ingin mengintervensi, serahkan semua pada proses hukum yang berlaku”.

Aku hanyalah aku. Hanya rakyat jelata yang hidup di suatu Negara. Aku hanya cemas dan “galau” bagaimana keluarga dan kelak anak cucuku menghadapi kehidupan yang seperti ini. Aku hanya ingin mendengar kabar rakyat bangga pada pemimpinnya, bangga pada wakil nya, bangga pada produk dalam negerinya. Bukan kabar seperti korupsi yang aku dengar setiap hari. Para pemangku dan pembuat kebijakan tidak berjalan sesuai dengan sistem dan nilai-nilai luhur. Yang ada hanya penuh kebohongan dan kemunafikan. Wakil rakyat nya “Mabuk”, pejabat nya “Mabuk”, Aparat penegak hukumnya “Mabuk” . Masyarakatnya juga terseret arus gaya hidup konsumtif dan hedonis. Semua mabuk dengan Tahta, Harta dan kekuasaan. Semua seolah-olah hanya mementingkan dirinya sendiri.(rfq)

Belajar Kenali Lingkungan, Siswa Diajari Berkebun

Sore itu pemandangan sedikit berbeda di lingkungan SMP Muhammadiyah Sambak. Biasanya siswa melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler sore antara lain pramuka, siaran radio, seni musik dan lain-lain. Namun, sore itu tak seperti biasanya. Siswa berangkat dari rumah dengan membawa peralatan layaknya orang berkebun seperti, cangkul, ember, sekop dan lain-lain. Bukan untuk mencangkul halaman sekolah, bukan pula kerja bhakti membersihkan rumput. Peralatan yang dibawa siswa adalah untuk kegiatan life skill berkebun menanam bibit terong, tomat dan cabai di polibag.

Dimulai dari menyiapkan media tanam, yakni tanah yang dicampur dengan pupuk kandang dan sedikit merang dari sisa penggilingan padi. Kemudian tanah yang sudah tercampur tersebut di masukkan ke dalam polibag berukuran sedang. Setelah itu, di biarkan 1-2 hari baru kemudian ditanami bibit yang di inginkan. Terlihat antusisme dari anak-anak dalam kegiatan ini, kendati tidak sedikit pula yang merasa jijik karena harus berkotor-kotor dengan pupuk kandang dan tanah.

“Senang sekali, karena kami bisa belajar bagaimana mengolah tanah menjadi media tanam yang baik. Meskipun harus kotor, tapi kegiatan ini menyenangkan. Dan yang lebih penting bermanfaat”. Ungkap Rosyid Nur Huda, salah seorang siswa kelas IX (Sembilan) SMP Muhammadiyah Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang.

Kegiatan ini bertujuan agar siswa peduli dan mampu mengenali lingkungan dengan segala potensi yang ada. Disamping itu, juga mengajarkan siswa bagaimana mengelola lahan yang terbatas dipekarangan rumah menjadi lebih hijau dan bermanfaat. Peduli terhadap lingkungan bisa diwujudkan dengan berbagai hal. Salah satunya adalah memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada secara bertanggung jawab yakni berkebun menanam tanaman sayuran atau tanaman obat-obatan.

Muhammad Ainur Rofiq, salah satu Guru SMP Muhammadiyah Sambak menuturkan, selain mengenalkan pada lingkungan sekitar, kegiatan ini juga bertujuan belajar bersama-sama memanfaatkan potensi yang ada. Siswa juga dilibatkan dari awal, yakni dimulai dari pengolahan tanah atau media tanam sampai penanaman bibit. Setelah itu, di dampingi pula dalam proses merawat tanaman sampai berbuah dan siap dipanen. Siswa juga di bimbing tentang penghitungan modal, kebutuhan perawatan, hingga laba yang didapatkan.

“Secara teknis, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 10-12 siswa meliputi ketua, sekretaris dan bendahara. Kelompok-kelompok kecil inilah yang nanti merawat dan mengelola tanaman mereka masing-masing. Jika hal tersebut sudah berjalan, hasil tanaman yang dikelola oleh siswa kemudian bisa dimanfaatkan sesuai kebutuhan. Disamping untuk kebutuhan sendiri, tidak menutup kemungkinan kedepan nanti bisa dijual.” Kata Rofiq.

“Kami akan memulainya dengan menanam bibit terong ungu di polibag. Kenapa terong ungu yang kami pilih, karena tanaman ini disamping relatif mudah dalam perawatan juga sering dimanfaatkan sebagai sayuran sehari-hari. Jadi prospeknya cukup menjanjikan”. Tambah Muh. Sutanto, yang juga Guru di SMP Muhammadiyah Sambak.
Selama ini berkebun dianggap suatu hal yang sepele dan remeh, terlebih di lingkungan pedesaan. Berkebun dianggap sebagai sesuatu yang mudah. Padahal jika dipraktekkan, belum tentu semua bisa melakukan dengan baik dan benar dengan hasil sesuai yang diharapkan.

“Kalau siswa tidak dikenalkan dengan lingkungan sejak awal, nantinya akan asing terhadap lingkungan nya. Disamping mengenalkan pada lingkungan sekitar, berkebun juga akan mengajari siswa tentang keterampilan bagaimana proses merencanakan, merawat dan mengelola hasil.” Pungkas Sutanto. (ahm)